[Fanfic-Drabble] ?

cr: s9 @favim

Mi-Ya mengerutkan keningnya heran. Tanpa diduga, muncul sebuah kuisioner aneh di layar tab miliknya. Di sana tertulis sebuah pertanyaan; tanda kalimat apakah yang menurutmu penting dalam kehidupan ini? Pilihan pertama tanda titik, kedua tanda koma, ketiga tanda seru, dan keempat tanda tanya.

Mi-Ya berpikir sejenak, kemudian dengan rasa ingin tahu ia klik lingkaran di sebelah kiri tulisan tanda tanya, tidak lama kemudian muncul sebuah kalimat Terima kasih telah menjawab yang membuat gadis itu berdecak sebal.

“Kenapa kau memilih tanda tanya?” tanya sebuah suara tiba-tiba mengagetkan Mi-Ya.

“Ya Tuhan, Junhoe! Sejak kapan kau berada disana? Mengagetkanku saja.” Mi-Ya terlonjak, lalu mempoutkan bibirnya sebal.

“Baru saja,” jawab namja itu enteng kemudian memberikan segelas cokelat hangat yang dibawanya untuk Mi-Ya.

“Gomaweo, hehe”

“Kenapa kau memilih tanda tanya?” tanya Junhoe lagi penasaran, kemudian duduk di samping Mi-Ya sambil menatapnya.

“Entah, tiba-tiba aku berpikir, tanda tanya itu dapat menciptakan segala hal. Maksudku, jika tidak ada pertanyaan yang membuat ilmuwan penasaran dengan gejala alam yang terjadi, tidak akan ada ilmu di dunia ini. Mirip dengan ketika manusia mempertanyakan bagaimana ia dan seisi alam semesta ini bisa diciptakan, mungkin jika hal itu tidak ada seluruh manusia di muka bumi tidak akan memiliki kepercayaan yang benar. Menurutku terkadang tanda tanya juga membantumu untuk bertahan hidup seperti; apa tujuan hidup kita nanti, cita-cita, ingin seperti apa kelak dan akan kemana arah tujuan kita selanjutnya selain itu tanda tanya juga banyak memberikan pengetahuan.”

Namja di sampingnya itu terlihat berpikir sejenak lalu tersenyum “Pertanyaan juga membuatmu selamat dari dosen killer yang akan menganggap kita sombong bila tidak bertanya dan justru akan balik bertanya hal yang sulit.”

Gadis itu tertawa “Benar sekali!”

“Selain itu…” lanjut Junhoe sambil menatap Mi-Ya intens. “Pertanyaan juga membuatmu memiliki kekasih dan pasangan hidup. Bagaimana jika ternyata aku mencintaimu dan ingin menjadi kekasihmu?”

Gadis itu mengerjapkan matanya beberapa kali, kemudian menyemburkan cokelat panas yang ada di mulutnya. Mi-Ya tertawa terbahak-bahak. “Bisa, bisa! Kau bisa langsung memiliki kekasih jika bertanya langsung seperti itu terhadap yeoja manapun apalagi jika ditambah hal-hal romantis yang–ng, sebenarnya aku sangsi sih akan cocok dengan style-mu yang seperti itu.”

“Yak! Kau ini jorok sekali Choi Mi-Ya!” Junhoe mendecak sebal, kemudian membersihkan cokelat yang menempel di mulut Mi-Ya akibat semburan gadis itu sendiri.

Gadis ini benar-benar tidak ada feminin-femininnya sama sekali.

Tiba-tiba ponsel Mi-Ya berbunyi menandakan ada telepon masuk. Gadis itu pun langsung mengangkat telepon dan melesat pergi meninggalkan Junhoe sendiri. Namja itu menatap layar tab Mi-Ya sambil terkekeh pada dirinya sendiri.

Yang Choi Mi-Ya tidak ketahui adalah pertanyaan yang Goo Junhoe lontarkan tadi adalah ungkapan isi hati namja itu yang sesungguhnya.